Jumat, 08 Januari 2010

METODE MENGAJAR PENJAS

METODE MENGAJAR
Pengantar
Untuk membahas berbagai pendekatan mengajar dan kegunaannya, pertama harus dipikirkan proses-proses apa yang terlibat dalam belajar. Dalam pelajaran pertama, kita akan meneliti suatu contoh perolehan keterampilan yang digunakan untuk belajar motorik, sasarannya adalah:
Memeriksa jenis-jenis keterampilan motorik yang kita ajarkan
Meneliti suatu model yang menggambarkan bagaimana keterampilan motorik diperoleh
Menunjukkan hubungan antara perolehan keterampilan motorik (belajar) dan pengajaran keterampilan motorik.
Perolehan Keterampilan Motorik
Jenis-jenis Keterampilan
Rangkaian Kesinambungan Keterampilan Tertutup dan Terbuka
Perbedaan-perbedaan dalam keterampilan ditentukan oleh lingkungan atau keadaan yang mempengaruhi pelaksanaan gera, yaitu:
Apakah keadaannya diam atau bergerak, dan
Apakah penggerak menguasai waktu pelaksanaan gerak.
Ada dua klasifikasi yaitu:

Keterampilan Tertutup Keterampilan Terbuka

Melakukan servis dalam bulutangkis 1. Meneruskan bola kepada
teman dalam bolabasket
Tembakan hukuman dalam bolabasket 2. Mengembalikan pukulan
Bulutangkis
Melempar lembing 3. Menggiring bola sepak di
sekitar lawan

Keterampilan Tertutup
Keterampilan tertutup merupakan motorik yang terjadi dalam lingkungan yang relatif stabil dan penggerak biasanya menguasai pelaksanaan gerakan.
Keterampilan Terbuka
Keterampilan terbuka meruapakan kategori keterampilan motorik yang berubah-ubah dan penggerak tidak menguasai pelaksanaan gerakan dan harus menduga apa yang akan dapat berhasil dengan baik.
Keterampilan tertentu tidak selamanya tertututp atau terbuka, melainkan berada di suatu tempat pada rangkaian kesinambungan itu. Seberapa jauh tertutup atau terbukanya suatu keterampilan tertentu dapat ditentukan dengan meneliti lingkungan tempat pelaksanaannya dan derajat penguasaan waktu untuk pelaksanaan tersebut.

Rangkaian Kesinambungan
Keterampilan Tertutup Keterampilan terbuka
DIAM TUNTUTAN LINGKUNGAN BERGERAK
Model Perolehan Keterampilan
Model yang kita gunakan ini telah dikembangkan oleh Gentile (USA). Model ini berasumsi bahwa masing-masing kita belajar keterampilan motorik dengan cara yang sama dan dengan memperhitungkan kondisi pelaksanaannya, serta pros
yi letusan, supaya dapat mulai lari dengan cepat.
Guru harus mengarahkan perhatian siswa kepada situasi atau stimuli pengatur, yang penting dalam melakukan berbagai keterampilan motorik. Para siswa tidak akan melakukan tanpa pengarahan dari guru.
Perumusan Rencana Motorik
Jika sasarannya diketahui dan perhatian ditujukan kepada stimuli pengatur terpilih, maka orang yang akan melakukan gerakan dapat merumuskan rencana tindakan.
Dalam mengajar keterampilan, seringkali kita memberikan siswa rencana motorik dan buka mengajak mereka untuk menetapkan sasaran dan memusatkan perhatian pada stimuli pengatur. Penelitian pada bidang ini menunjukkan bahwa siswa yang diberi kesempatan untuk mengembangkan rencana mereka sendiri dengan bimbingan ternyata lebih berhasil.
Perlu dikembangkan berbagai rencana motorik untuk memenuhi kebutuhan situasi yang berubah-ubah dalam lingkungan gerak. Sebab khususnya dengan keterampilan terbuka, kita tidak pernah melakukan gerakan yang tepat sama, karena lingkungan senantiasa berubah dari waktu ke waktu.
Pelaksanaan Respons
Begitu rencana tersusun, keterampilan (gerakan) segera dilaksanakan.
Umpan Balik
Segera setelah respons dilaksanakan, orang yang bergerak menerima keterangan dari beberapa sumber: pengamat luar (guru, rekan) yang mengamati hasil akhirnya (bola yang ditembak masuk keranjang, gol yang tidak masuk), dan seringkali selama kegiatan berlangsung ada umpan balik instrinsik yang berasal dari petunjuk-petunjuk kinestetik yang mengisyaratkan kepada orang yang bergerak tentang bagaimana rasanya.
Umpan balik diperlukan untuk menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan gerakan-gerakan yang direncanakan.
Umpan balik sangat penting, karena jumlah informasi yang diperoleh dan digunakan, yang berasal dari umpan balik dapat membantu untuk menentukan apakah rencana motorik yang digunakan baik atau tidak, yaitu:
Siswa yang tidak mendapat atau tidak pernah belajar untuk memusatkan perhatian kepada umpan balik ekstrinsik (eksternal) mungkin akan menyusun rencana motorik yang kurang memadai atau kurang layak.
Langkah berikutnya dalam proses akan sangat tergantung dari pemanfaatan umpan balik untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Proses Keputusan
Orang yang bergerak akan menghadapi dua pertanyaan yaitu: Apakah saya telah mencapai sasaran? dan Apakah saya bergerak sesuai dengan rencana?.
Jawaban kedua pertanyaan tersebut akan menentukan keputusan yang diambil untuk respons gerakan berikutnya. Kalau jawabannya “ya” untuk kedua pertanyaan, rencana motorik yang digunakan harus diulangi lagi.
Jika jawaban keduanya “tidak”, maka rencana perlu diubah, rangsangan lingkungannya perlu diteliti kembali dan sasarannya diperiksa lagi.
Jika jawabannya “ya”, saya bergerak sesuai dengan rencana, tetapi saya tidak berhasil, maka perlu diadakan penyesuaian-penyesuaian di dalam gerakan. Guru harus merumuskan sasarannya kembali.
Kalau jawabannya “tidak”, saya tidak melakukan apa yang saya rencanakan, tetapi ternyata saya berhasil, maka ini memang suatu kejutan.
Perlu dimulai lagi, karena tidak ingat lagi apa yang telah mereka lakukan.
Keputusan yang diambil mengenai penggunaan gerakan yang direncanakan dan pencapaian sasaran menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Respons Berikutnya
Ini tergantung dari proses keputusan. Jika jawabannya “ya-ya” dan mendapat “ya-ya” tiga kali berturut-turut, maka kegiatan dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Namun, apabila kombinasi jawabannya “ya-tidak” atau “tidak-tidak”, maka perlu diadakan penilaian kembali dan ditentukan apa yang harus disesuaikan.
Di sini perlu harus memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan yang dapat memperbaiki latihan, yaitu:
mungkin perlu meninjau kembali sasarannya
mungkin perlu dibantu dengan perhatian selektif
mungkin perlu ditinjau kembali sumber-sumber umpan balik mengenai petunjuk-petunjuk untuk apa yang perlu mendapat penyesuaian.

Tahap II: Fiksasi/Pembedaan
Fiksasi pola gerak: memperoleh penampilan yang konsisten dalam situasi-situasi yang hampir tidak memperhatikan stimuli pengatur di dalam lingkungan. Ini sangat berkaitan dengan keterampilan tertutup.
Pembedaan pola gerak: menyusun serangkaian respons untuk menghadapi stimuli lingkungan yang berubah-ubah. Mungkin ada beberapa macam “backhand” dalam tenis, tidak hanya satu saja untuk mengembalikan bola dalam berbagai keadaan. Ini sangat berkaitan dengan keterampilan terbuka.

SEKILAS TENTANG SPEKTRUM GAYA MENGAJAR
Definisi: gaya mengajar adalah pedoman khusus untuk struktur episode belajar atau pembelajaran. Mosston beranggapan bahwa mengajar adalah serangkaian hubungan yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, yaitu:
Mencoba mencapai keserasian antara apa yang diniatkan dengan apa yang sebenarnya terjadi. MAKSUD = PERBUATAN (INTENT = ACTION).
Masalah yang bertentangan tentang metode mangajar.
Salah satu masalah yang berlanjut dalam menentukan bagaimana mengajarkan sesuatu adalah “ Cara apakah yang terbaik?”. Dari sini muncul banyak perdebatan mengenai metode mana yang lebih baik. Pengajaran individual vs. pengajar kelompok; memecahkan masalah vs. menghafal.
Pandangan yang mempertentangkan suatu pendekatan terhadap pendekatan yang lain adalah hanya dalih yang dibuat-buat. Pertanyaan yang sebenarnya adalah: “Pendekatan-pendekatan mana yang dapat mencapai sasaran guru?”. Guru harus berdasar pilihannya atas:
1. kemampuan guru
2. kebutuhan siswa
3. besarnya kelas
4. alat dan fasilitas yang tersedia
5. media yang ada
6. tujuan yang ingin dicapai
7. materi yang dipelajari
8. lingkungannya.
Tujuan yang akan menentukan gaya apa yang akan digunakan dari pada memilih metode atau gaya karena diharapkan akan baik.
Kita juga harus dapat mengatasi kecenderungan-kecenderungan pribadi seorang guru. Seringkali kita tidak dapat membedakan antara sifat-sifat pribadi dengan gaya mengajar. Seorang guru yang sifatnya sangat otoriter seringkali kelihatan seperti sangat bisa mengatur, padahal dalam kenyatannya ia sangat terbuka dalam gaya-gaya mengajarnya. Struktur pengajaran mengatasi sifat-sifat pribadi.
Mengajar-Belajar-Tujuan
Interaksi antara guru dan si
eputusan diambil mungkin selama atau sesudah pelajaran berlangsung. Menilai penampilan dan umpan balik yang diberikan dapat dilakukan selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas untuk pelajaran:
Harus melihat penampilan siswa dan mengumpulkan keterangan-keterangan mengenai hal itu.
Harus mengukur informasi yang diperoleh dengan kriteria yang telah ditentukan. Ini harus dicantumkan dalam sasaran pelajaran.
Pernyataan-pernyataan umpan balik:
Ini sedikit berbeda dengan apa yang telah dibahasa sehubungan dengan model Gentile
Pernyataan korektif. Perilaku verbal dari guru ini digunakan jika tampak ada kekeliruan dan respons perilaku tidak benar. Ini meliputi keterangan mengenai kekeliruan itu dan bagaimana memperbaikinya. Berilah contoh-contoh.
Pernyataan penilaian. Mencakup kata-kata seperti bagus, bagus sekali, kurang. Kata-kata ini memberikan penilaian positif atau negatif terhadap penampilan siswa. Ada konotasi tertentu mengenai siswa. Hal ini harus dimasukkan dalam umpan balik yang bersifat korektif, agar ada manfaatnya bagi siswa. Pernyataan seperti pekerjaan bagus tidak memberikan keterangan apa-apa bagi siswa mengenai apa yang benar.
Pernyataan netral. Hanya memberikan gambaran dan fakta mengenai penampilan tidak menyatakan apa yang benar atau salah dalam penampilan.
Penilaian gaya mengajar
Penilaian belajar.


SPEKTRUM GAYA MENGAJAR
Susunan Spektrum
Spektrum tersusun dalam dua kelompok gaya, yaitu A-E dan F-J.
Kelompok-kelompok terbentuk pada kedua sisi ambang penemuan.
Kelompok-kelompok ini berbeda satu dari yang lain dalam hal perilaku guru, perilaku siswa, dan sasaran.
A-E berhubungan dengan penampilan kegiatan-kegiatan yang telah dikenal, dan ini dilakukan oleh guru.
F-J berhubungan dengan penemuan dan penampilan kegiatan-kegiatan yang belum dikenal atau kegiatan-kegiatan baru.
Beberapa ciri-ciri dari A-E adalah:
penampilan pengetahuan dan keterampilan
pokok bahasan nyata: fakta-fakta, ketentuan-ketentuan, keterampilan khusus
contoh yang diberikan sebagai pedoman
waktu yang diperlukan untuk latihan
ingatan dan mengingat kembali kegiatan kognitif utama
umpan balik bersifat khusus dan mengacu pada pelaksanaan tugas
urutan umumnya: pelaksanaan tugas, mengulang, dan pengurangan kekeliruan.
Ciri-ciri F-J adalah:
peenampilan pengetahuan dan keterampilan yang masih baru bagi siswa
pokok bahasan beraneka ragam yang menyangkut konsep, strategi, dan prinsip
penampilan-penampilan atau desain-desain alternatif, tidak ada model yang hendak disamai atau diungguli
waktu yang diperlukan untuk proses-proses kognitif
suasana untuk mengajukan dan menerima alternatif-alternatif
tugas-tugas kognitif adalah membandingkan, mempertentangkan, menggolongkan, memecahkan masalah, dan menciptakan
penemuan melalui proses-proses konvergen dan divergen
umpan balik mengenai alternatif-alternatif
perbedaan individual dalam jumlah, kecepatan, dan jenis produksi yang diterima
tekanan pada usaha-usaha individu untuk mencari dan memeriksa alternatif-alternatif
Karena gaya-gaya dirumuskan dengan PG-PS-T dan komponen-komponen ini yang membedakan gaya yang satu dengan yang lain, maka gaya-gaya harus dianalisis dalam hal perilaku guru, perilaku siswa, dan tujuan-tujuan.

ANALISIS GAYA MENURUT PG-PS-T
Komponen Kunci Setiap Gaya
Gaya A: Gaya Komando (Comand Style)
Respons langsung terhadap stimulus (guru memberi contoh dan siswa melakukannya)
Tujuannya adalah penampilan yang cermat
Guru menentukan irama penampilan
Gaya B: Gaya Latihan (Practice Style)
Kepada siswa diberikan waktu untuk melaksanakan tugas secara perorangan dan sendiri-sendiri
Guru memberi umpan balik kepada semua siswa secara perorangan dan sendiri-sendiri
Gaya C: Gaya Resiprokal (Reciprocal Style)
Siswa bekerja dengan partner atau dalam kelompok kecil
Siswa menerima umpan balik langsung dari partner
Siswa mengikuti kriteria untuk penampilan dan umpan balik yang didesain oleh guru
Gaya D: Gaya Periksa Diri (Self Check Style)
Siswa mencari umpan balik sendiri dengan memakai kriteria yang disusun oleh guru
Siswa dapat memperoleh umpan balik secara instrinsik

Gaya E: Gaya Cakupan (Inclusion Style)
Tugas yang sama disusun dengan derajat kesukaran yang berbeda
Siswa menentukan sendiri tingkatnya dalam tugas
Tingkat-tingkat keterampilan bagi semua siswa tercakup
Gaya F: Gaya Penemuan Terpimpin
Secara strategis guru membimbing siswa untuk menemukan keterangan yang telah ditentukan, yang belum diketahui oleh siswa (pendekatan konvergen).
Gaya G: Gaya Divergen (Divergen Style)
Siswa memberikan tanggapan divergen untuk satu masalah (dipakai penyelesaian masalah)
Tidak dicari jawaban/tanggapan tunggal yang tepat
Tanggapan-tanggapan dinilai menurut kriteria yang dapat diterima untuk perangkat masalahnya
Gaya H: Gaya Program Individual (Didesain oleh siswa)
Program disusun oleh siswa
Didasarkan atas pengalaman dengan gaya-gaya A-G
Siswa mengidentifikasi kriteria
Gaya I; Gaya yang Diprakarsai Siswa
Siswa membuat keputusan pra pertemuan
Secara teratur mengecek dengan guru
Gaya J: Gaya Mengajar Sendiri

GAYA KOMANDO (GAYA A)
Anatomi Gaya
Dalam setiap anatomi gaya, Mosston meninjaunya dari tiga perangkat keputusan yaitu: pra pertemuan, selama pertemuan, dan pasca pertemuan. Keputusan yang dibuat guru dan yang akan diteruskan kepada siswa dinyatakan sebagai berikut: KG= Keputusan Guru; KS= Keputusan Siswa.
Untuk gaya komando atau gaya perintah ini, semua keputusan diambil oleh guru. Jadi bagan tentang keputusan-keputusan untuk gaya A sebagai berikut:
A



Pra Pertemuan : KG
Dalam Pertemuan : KG
Pasca Pertemuan : KG
Sasaran Gaya
Bagian ini akan merinci peranan guru, peranan siswa, dan hasil yang dicapai karena menggunakan gaya yang diuraikan.
Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang akan dicapai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasaran-sasaran sebagai berikut:
respons langsung terhadap petunjuk yang diberikan
penampilan yang sama/seragam
penyesuaian
penampilan yang disinkronkan
mengikuti model yang telah ditentukan
mereproduksi model (mengikuti)
ketepatan dan kecermatan respons
meneruskan kegiatan dan tradisi kultural
mempertahankan tingkat estetika
m
asaran yang berhubungan dengan tugas penampilan siswa adalah:
Berlatih tugas-tugas yang telah diberikan sebagaimana yang telah didemonstrasikan dan dijelaskan.
Memperagakan/mendemonstrasikan tugas penampilan yang diberikan
Lamanya waktu latihan berkaitan dengan kecakapan penampilan
Memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang hasil (balikan) yang diberikan guru dalam berbagai bentuk.
Peranan Guru dan Siswa
Siswa membuat keputusan selama pertemuan berlangsung mengenai:
sikap (postur)
tempat
urutan pelaksanaan tugas
waktu untuk memulai tugas
kecepatan dan irama
waktu berhenti
waktu sela diantara tugas-tugas
memprakarsai pertanyaan-pertanyaan.
Peranan guru sedikit berubah dari gaya komando menjadi gaya latihan:
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri
Memberi balikan secara pribadi kepada siswa
Memiliki kesempatan untuk meningkatkan interaksi individual dengan setiap siswa
Harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.


Anatomi Gaya Latihan
Pra pertemuan : G
Pertemuan : S
Pasca Pertemuan : G
Implikasi
Satu-satunya keputusan siswa dalam gaya komando adalah untuk bergerak sesuai dengan petunjuk. Dalam episode-episode gaya latihan, siswa harus:
mengenal/mengetahui yang diharapkan dari kelas
menerima pemberian tugas
membuat keputusan sambil menjalankan tugas
menerima balikan.
Sekarang disediakan waktu bagi siswa untuk mengatur: kapan memulai, kapan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas.
Siklus kegiatannya adalah:
penyampaian tugas oleh guru (peragaan, penjelasan)
pelaksanaan tugas oleh siswa
pengamatan dan penilaian oleh guru (balikan)
Peranan baru siswa, keputusan-keputusan dan peranan guru harus dijelaskan di kelas:
Karena perubahan dari perintah ke latihan, maka siswa perlu memahami peranan mereka dan diyakinkan oleh guru.
Perubahan menimbulkan ketegangan dan kadang-kadang ketidakpastian, jadi harus diusahakan agar siswa merasa enak dengan tanggung jawab baru mereka.
Gaya latihan mungkin perlu dimulai dengan memakai satu tugas saja dan menambah waktu bagi siswa untuk mengambil keputusan dalam beberapa jam pelajaran. Dengan demikian mereka berkesempatan untuk menyesuaikan diri dengan peranan baru mereka.

Pemilihan Pokok Bahasan dan Desain
Jenis-jenis kegiatan yang dapat digunakan dalam gaya latihan ini adalah:
Tugas-tugas tetap yang dapat dilaksanakan menurut suatu model khusus.
Dapat dinilai dengan kriteria benar atau tidak benar, dan pengetahuan tentang hasil-hasil.
Merencanakan Pelajaran Dengan Gaya Latihan
Lembaran tugas atau kartu tugas dibuat untuk meningkatkan efisiensi gaya latihan. Ini dapat didesain untuk ditempelkan di dinding atau dibuat untuk masing-masing siswa. Fungsi kertas tugas tersebut adalah:
Membantu siswa untuk mengingat tugasnya (apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya).
Mengurangi pengulangan penjelasan oleh guru.
Mengajar siswa tentang bagaimana mengikuti tanggung jawab tertulis untuk menyelesaikan tugas-tugas.
Untuk mencatat kemajuan siswa atau untuk penilaian dan penjenjangan.
Mengurangi kesempatan mengabaikan peragaan dan penjelasan oleh siswa, dan kemudian guru harus menyisihkan waktu lagi untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Manipulasi siswa secara demikian akan mengurangi interaksi guru dalam:
meningkatkan tanggung jawab siswa
guru mengarahkan perhatian siswa kepada keterangan di lembaran tugas dan pada tugas-tugas lain yang harus dilakukan.
Desain lembaran tugas
Berisi keterangan yang diperlukan mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, dengan berfokus pada tugas.
Merinci tugas-tugas khusus.
Menyatakan banyaknya tugas:
ulangan
jarak
lamanya, dsb.
Memberi arah bagi siswa dalam melaksanakan tugas.
Kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh siswa.
Rencana Keseluruhan Pelajaran
Memberikan rencana keseluruhan untuk episode-episode (unit-unit) yang akan diajarkan.
Kalau lembaran tugas telah dirinci tugas-tugas bagi siswa, maka rencana pelajaran yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diperlukan untuk memimpin kelas.
Jika kelak anda akan mengajar di kelas ini, anda perlu merencanakan pelajaran dan lembaran tugas bagi siswa.
Lembaran tugas terlampir dapat digunakan sebagai contoh format.
Komponen-komponen rencana pelajaran terdiri atas:
Rencana: tanggal, waktu, nama: semua harus jelas.
Tekanan pelajaran: harus disebutkan semua kegiatan yang akan diajarkan.
Peralatan: semua yang diperlukan dalam pelajaran.
Alat bantu mengajar: apa yang dibutuhkan guru selain alat-alat kegiatan seperti proyektor, lembaran tugas, dll.
Sasaran penampilan: dinyatakan dengan jelas dengan menggunakan istilah-istilah penampilan (operasional) tentang apa yang diharapkan untuk dapat dilakukan pada akhir pelajaran.
Penilaian penampilan: bagaimana mengukur sasaran yang telah dicapai.
Nomor sasaran: penjelasan harus sesuai dengan sasaran penampilan yang dimaksud.

Isi = kegiatan
Prosedur = peragaan, penjelasan
Organisasi: pengaturan peralatan dan siswa, langkah-langkah dalam tiap episode.
Diagram: memperlihatkan pengaturan logistik.
Waktu yang diperkirakan: berupa banyak waktu yang diperlukan untuk setiap komponen pelajaran.
Butir-butir pelajaran penting: petunjuk bagi guru tentang konsep, pemikiran dan keterangan, untuk ditekankan dan jangan lupa untuk dimasukkan.
KERTAS TUGAS
Nama : ------------------------
Kelas : ------------------------
Tanggal : ------------------------
Mata Pelajaran: ------------------------
Perintah untuk siswa:
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Uraian Tugas
Jumlah Tugas
Komentar Kemajuan
Umpan Balik

---------------------------
-----------------------
-----------------------
-----------------------
---------------------------
-----------------------
-----------------------
-----------------------
---------------------------
-----------------------
-----------------------
----
aik kepada pelaku maupun pengamat, tetapi hanya berkomunikasi dengan pengamat:
Guru membuat semua keputusan sebelum pertemuan
Pelaku membuat keputusan selama pertemuan
Pengamat membuat keputusan umpan balik setelah pertemuan.


Gaya A
Gaya B
Gaya C


Pembuat Keputusan
Pembuat Keputusan
Pembuat Keputusan

Pra Pertemuan
Dalam Pertemuan
Pasca Pertemuan
G
G
G
G
S
G
G
p
A


Pelaksanaan Gaya Resiprokal
Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat:
Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa (a)
Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik
Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya – ini memerlukan adanya rasa percaya.
Keputusan-Keputusan
a. Pra pertemuan:
Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk digunakan dalam gaya ini.
b. Selama pertemuan:
Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a).
Perhatikan bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru.
Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan.
c. Sesudah pertemuan:
Menerima kriteria
Mengamati penampilan pelaku
Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan
Menyimpulkan apakah penampilan benar atau salah
Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku.
Peranan Guru adalah:
Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari pengamat
Berkomunikasi dengan pengamat berupa:
Ini memungkinkan timbulnya saling percaya antara pelaku dan pengamat
Komunikasi guru dengan pelaku akan mengurangi peranan pengamat
Pada waktu tugas telah terlaksana, pelaku dan pengamat berganti peranan.
Proses pemilihan partner dan pemantauan keberhasilan proses adalah penting.
Guru bebas untuk mengamati banyak siswa selama pelajaran berlangsung.

Pemilihan pokok bahasan
Lembaran kriteria:
Ini menentukan garis-garis pedoman untuk perilaku pengamat
Lima bagian lembaran kriteria adalah:
Uraian khusus mengenai tugas (termasuk pembagian tugas secara berurutan).
Hal-hal khusus yang harus dicari selama penampilan (kesulitan yang potensial).
Gambar atau sketsa untuk melakukan tugas.
Contoh-contoh perilaku verbal untuk dipakai sebagai umpan balik.
Mengingatkan peranan pengamat (apabila siswa telah memahami gaya ini, bagian ini dapat dihapuskan).
Pertimbangan-pertimbangan Khusus Untuk Gaya ini
Interaksi antara guru dan pengamat:
Pengamat harus dianjurkan untuk berkomunikasi menurut kriteria yang telah disusun.
Pastikan bahwa pengamat memberikan umpan balik yang akurat dan berhubungan dengan kriteria:
Seringkali pengamat terlalu kritis dan harus belajar mengikuti kriteria yang telah ditentukan.
Guru perlu menekankan tanggung jawab positif dari pengamat.
Guru perlu membantu pelaku dan pengamat untuk berkomunikasi.
Pada akhir beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan gaya C, guru harus meninjau kembali penampilan para pengamat dan menekankan perubahan-perubahan yang perlu diadakan dalam perilaku mereka.
Teknik untuk mengatur kelas dalam pasangan-pasangan. Apakah anda dapat memberikan beberapa contoh?
Dalam beberapa pelajaran pertama dengan menggunakan gaya C ini sasarannya akan memerlukan pemusatan perhatian pada penerimaan siswa terhadap peranan pelaku dan pengamat.
Kelompok kecil yang terdiri atas lebih dari dua orang juga dapat menggunakan gaya ini:
Dalam kelompok-kelompok ini mungkin ada pencatat, pemberi nilai, atau pengawas.
Peranan pelaku dan pengamat tidak berubah, tetapi setiap siswa dalam kelompok yang lebih besar menerima peranan-peranan ini secara bergantian.
Kekurangan peralatan, ruang atau jumlah siswa yang besar menyebabkan perlunya penggunaan lebih dari dua siswa dalam kasus ini.

GAYA PERIKSA DIRI (GAYA D)
Dalam gaya periksa diri lebih banyak keputusan yang digeser ke siswa. Kepada siswa sekarang diberikan keputusan sesudah pertemuan untuk menilai penampilannya.
Peranan Siswa
Menilai penampilannya sendiri
Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri
Belajar bersikap objektif terhadap penampilannya
Belajar menerima keterbatasannya
Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan.
Keputusan sebelum pertemuan dibuat oleh guru.
Anatomi Gaya
Dalam gaya ini, keputusan-keputusan dibuat seperti dalam gaya latihan, dan membuat keputusan sesudah pertemuan untuk diri mereka sendiri. Siswa menyamakan dan membandingkan penampilannya dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru.

A B C D

Pra pertemuan G G G G
Dalam pertemuan G S p S
Pasca pertemuan G G a S

Penetapan Gaya Periksa Diri
Gaya ini memungkinkan siswa menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Keputusan gaya latihan tetap dipertahankan dan keputusan tentang penilaian dari gaya resiprokal bergeser dari mengamati teman ke mengamati diri sendiri.
Dalam gaya ini siswa menjalankan tugas dan menyamakan serta membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan guru. Hal ini merupakan tanggung jawab baru bagi siswa, untuk menganalisis tugasnya.
Keputusan sebelum pertemuan:
Guru membuat keputusan ini dan menyusun lembaran tugas/kriteria.
Keputusan dalam pertemuan:
Jelaskan tujuan gaya ini kepada siswa
Jelaskan peranan siswa dan tekankan penilaian diri
Jelaskan peranan guru
Jelaskan tugas dan logistik
Tentukan parameternya.
Keputusan pasca pertemuan:
Peranan guru di sini adalah:
Mengawasi pelaksanaan tugas oleh siswa
Mengawasi penggunaan lembaran kriteria
Membicarakan secara perorangan mengenai kecakapan dan ketepatan dalam penggunaan proses periksa diri
Pada akhir pertemuan: berikan umpan balik secara umum kepada seluruh siswa.
Implikasi Gaya Periksa Diri
Guru mendorong kemandirian siswa
Guru mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan memantau sendiri
Guru mempercayai siswa
Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada proses periksa sendiri dan pelaksanaan tugas
Siswa belajar sendiri
Siswa mengenali keterbatasannya, keberhasilannya, dan kegagalannya sendiri.
Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa sendiri untuk mengusahakan perbaikan.
Memilih dan Menyususn Pokok Bahasan
Tidak semua tugas dalam pendidikan jasmani cocok untuk gaya men
roleh semua siswa dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebagain siswa akan melompatinya dengan mudah, sedang sebagian lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk dapat melompati tali dengan ketinggian satu meter tadi. Jika ketinggian tali tadi dinaikkan, kesulitan dalam tugas akan meningkat dan akhirnya akan menyebabkan makin sedikit jumlah siswa yang akan berhasil penampilannya. Ini berarti kita memberikan standar tunggal bagi setiap siswa, dan banyak siswa yang akan dikeluarkan dengan menaikkan tingkat kesulitan dari tugas.
Sekarang, jika tali dipentangkan miring seperti gambar berikut, dan para siswa diperintahkan untuk melompat, para siswa akan menyebarkan diri sepanjang tali pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan untuk melibatkan para siswa dengan berbagai tingkat kemampuan. Ini juga akan memungkinkan para untuk memilih di mana dia akan memulai tugasnya.
Tujuan Gaya Inklusi
Melibatkan semua siswa
Penyesuaian terhadap perbedaan individu
Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri
Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan tugas-tugas yang ringan ke berat, sesuai dengan tingkat kemampuan setiap siswa.
Belajar melihat hubungan antara kemampuan merasa dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh siswa.
Individualisasi dimungkinkan, karena memilih di antara alternatif tingkat tugas yang telah disediakan.




Anatomi Gaya Inklusi
A B C D E
Pra pertemuan G G G G G
Dalam pertemuan G S p S S
Pasca pertemuan G G a S S
Peranan Guru
Membuat keputusan-keputusan pada pra pertemuan
Harus merencanakan seperangkat tugas-tugas dalam berbagai tingkat kesulitan yang disesuaikan dengan perbedaan individu dan yang memungkinkan siswa untuk beranjak dari tugas yang mudah ke tugas yang sulit.
Keputusan-keputusan Siswa
Memilih tugas-tugas yang tersedia
Melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya.
Siswa mencoba tugasnya
Sekarang siswa menentukan untuk mengulang, memilih tugas yang lebih sulit atau lebih mudah, berdasarkan berhasil atau tidaknya, sesuai dengan tugas awal.
Mencoba tugas berikutnya
Siswa menilai/menaksir hasil-hasilnya
Prosesnya dilanjutkan.
Pelaksanaan Gaya Inklusi
Menjelaskan gaya ini kepada siswa. Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sangat bagus.
Siswa disuruh memulai
Amati dan memberi waktu bagi siswa untuk melakukan gaya ini
Memberi umpan balik kepada siswa tentang peranan siswa dalam pengambilan keputusan dari penampilannya dalam tugas:
Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas
Fokuskan perhatian pada penggunaan umpan balik yang netral, agar siswa mengambil keputusan mengenai taraf tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan siswa dan kriteria yang menyangkut penampilan dalam tugasnya.
Gambar ilustrasi gaya inklusi
Implikasi Gaya Inklusi
Salah satu keuntungan yang sangat penting dari gaya ini adalah memperhatikan perbedaan individu dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan untuk maju dan berhasil.
Memungkinkan siswa untuk melihat ketidaksesuaian antara aspirasi atau pengetahuan mereka dengan kenyataan. Mereka akan belajar untuk mengurangi kesenjangan antara kedua hal ini.
Fokus perhatian ditujukan kepada individu dan apa yang dia dapat lakukan dari pada membandingkannya dengan yang lain.
Siswa mengembangkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik.



Memilih dan Merancang Pokok Bahasan
Konsep tentang tingkat kesulitan. Tugas-tugas yang dipilih harus dimulai dari yang sederhana ke yang lebih unik, dengan tiap tugas mempunyai tingkat kesulitan yang ditambahkan.
Jika kita menggunakan menembak dalam bolabasket sebagai contoh dari beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan adalah:
rentangan jarak dari minimum ke maksimum
tingginya basket
ukuran lingkaran dan ukuran bola
sudut tembakan
dan lain-lain.
Kisi-kisi faktor berikut dapat dipakai sebagai alat untuk menganalisis tugas-tugas menentukan tingkat kesulitan.

Kisi-kisi Faktor
Nama Tugas:
Mengidentifikasi rentangan tugas (dapat menggunakan konsep terbuka dan tertutup)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Faktor-faktor Eksternal Rentangan
Jumlah ulangan
Waktu
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Faktor-faktor Internal
Jarak 2 – 10m
Tinggi 4 – 6m
Berat ringan, sedang, berat
Ukuran alat kecil, biasa
Ukuran sasaran 15cm, 30cm, 45cm
Kecepatan lambat, sedang, cepat
Postur, posisi atas tangan, bawah tangan
Dan lain-lain.
GAYA PENEMUAN TERPIMPIN (GAYA F)
Gaya inklusi (cakupan) merupakan gaya yang terakhir dari kelompok gaya yang memusatkan perhatian pada pengembangan keterampilan fisik siswa. Saluran-saluran perkembangan atau jenis-jenis sasaran yang mendapat tekanan dalam gaya komando sampai dengan gaya inklusi adalah fisik, sosial, dan emosional. Gaya-gaya selanjutnya, yang akn dibahas adalah Gaya Penemuan Terpimpin (Konvergen) dan Gaya Divergen (berlainan), yang penekanannya terpusat pada perkembangan kognitif. Mosston menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi-strategi mengajar tersebut ini, maka kita telah melampaui “ambang penemuan”.
Gaya Penemuan Terpimpin disusun sedemikian rupa, sehingga guru harus menyusun serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menuntut adanya serangkaian jawaban-jawaban yang telah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun guru ini hanya ada satu yang jawaban saja yang dianggap benar. Rangkaian pertanyaan-petanyaan tersebut harus menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban yang mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau gagasan-gagasan.
Sasaran
Sasaran gaya ini adalah:
Melibatkan siswa dalam proses penemuan yang konvergen
Mengembangkan hubungan yang serasi dan tepat antara jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru
Mengembangkan keterampilan untuk menemukan jawaban yang berurut, yang akan menuju pada penemuan konsep
Mengembangkan kesabaran guru dan siswa, karena sifat sabar sangat diperlukan dalam proses penemuan.




Anatomi Gaya Penemuan Terpimpin
E F
Pra pertemuan
menyesuaikan diri dengan tanggung jawab baru ini.
Pokok Bahasan
Jenis-jenis informasi yang perlu ditemukan adalah: konsep, prinsip, kaidah, hubungan, bagaimana, mengapa, dan batasan-batasan.
Topik tidak boleh diketahui oleh siswa sebelumnya, kalau tidak, maka siswa tidak akan memperoleh penemuan.
Episode-episode gaya ini dapat digunakan untuk gaya yang lain. Dapat juga digunakan pada waktu memberi umpan balik kepada masing-masing siswa.
Yang paling baik adalah episode yang paling pendek.
Ada baiknya menyusun pertanyaan-pertanyaan tersebut sedemikian rupa, sehingga siswa harus mengerjakan jawaban secara fisik. Dengan demikian siswa dapat menggunakan gerakan sebagai media penemuan.

GAYA DIVERGEN (GAYA G)
Gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban yang beraneka ragam atau divergen atau jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya Penemuan Terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya hanya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen.
Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah, pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rangsangan-rangsangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk mencari pemecahan atau jawaban secara individual.
Sasaran Gaya Divergen
Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
Mengembangkan “wawasan” (insight) ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.
Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
Mengembangkan kemampuan untuk memeriksa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.









Anatomi Gaya Divergen
E F G
Pra pertemuan G G G
Dalam pertemuan S G G
S S

Pasca pertemuan S G G
S S

Pra pertemuan
Guru membuat tiga keputusan utama:
pokok bahasan umum
pokok bahasan khusus yang berpusat pada episode
menyusun masalah khusus untuk memperoleh jawaban ganda dan pemecahan yang divergen
Saat pertemuan
Siswa menentukan jawaban dari masalah
Dalam perangkat selama pertemuan berlangsung ini, siswa mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut hal-hal yang khusus dalam pokok bahasan, yang menanggapi masalah yang diajukan oleh guru.
Pasca pertemuan
Siswa menilai pemecahan yang telah ditemukan
Pemeriksaan (verifikasi) mencakup membandingkan pemecahan dengan masalah yang dirumuskan oleh guru.
Peneran Gaya Divergen
Mula-mula mungkin perlu meyakinkan siswa, bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban yang benar.
Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka:
Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menemukan jawaban yang tepat.
Guru harus menahan diri untuk tidak memilihi jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.
Mendesain Pokok Bahasan
Pilihan:
masalah tunggal
masalah ganda
Masalah harus menyatakan garis petunjuk atau parameter untuk pemecahannya, misalnya: Di dalam kelas, gerakan pengembangan siswa dapat diminta untuk menyusun cara-cara bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain, dengan menggunakan tiga posisi tubuh yang berbeda, atau di dalm kelas kesegaran jasmani: menyusun suatu latihan pemanasan yang rutin, yang meliputi: pemanasan umum, peregangan otot-otot besar, kegiatan untuk ketahanan otot pada lingkaran bahu, lengan atas, perut, pantat, paha dan betis. Lamanya kegiatan rutin ini sekitar 10 menit.
Masalah-masalah yang dipilih harus memungkinkan adanya pemecahan pilihan. Penggunaan keterampilan khusus tidak tepat, yaitu seperti cara baru dalam melempar cakram, servis baru dalam tenis. Kegiatan-kegiatan ini mempunyai aturan-aturan dan parameter tertentu untuk penampilannya.
Siswa harus cukup akrab dengan pokok bahasan.

Rabu, 06 Januari 2010

KOMERSIALISASI OLAHRAGA DI INDONESIA

Di era globalisasi seperti yang terjadi sekarang ini dimana segala aspek kehidupan sangat bergantung terhadap pendanaan demikian halnya dengan olahraga, dimana olahraga tidak hanya sebagai sarana prestatif dan penyaluran hobi saja. Akan tetapi olahraga memiliki nilai jual tersendiri yang mampu mengakomodir segala bentuk kebutuhannya. Tidak dapat dipungkiri akomodasi yang besar dan infrastruktur yang relatif mahal masih menjadi kendala utama untuk kemajuan olahraga Di Indonesia.
Organisasi olahraga prestasi -- Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) dan jajaran organisasi di bawahnya, dari pusat hingga daerah- merupakan organisasi nirlaba atau nonprofit. Artinya, organisasi yang tidak mencari keuntungan. Oleh karena itu, pembiayaan kegiatannya selalu bergantung kepada kucuran dana dari pemerintah, melalui APBN di tingkat pusat dan APBD di tingkat daerah.
Olah raga tidak dapat bergantung sepenuhnya pada pemerintah, untuk segala kebutuhannya. Jika hal itu terjadi, olah raga harus bersaing ketat dengan berbagai sektor pemerintahan yang lainnya, agar dapat memperoleh kucuran dana. Di saat keuangan pemerintah yang terbatas, maka pemerintah akan menggunakan "akuntabilitas", sebagai standar dalam mengatur pengeluaran pada setiap organisasi yang dibiayainya. Kompetisi untuk memperoleh dukungan dana akan sangat sulit, dengan kondisi keuangan pemerintah yang terbatas. Sementara itu, banyak bidang lain seperti pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan membutuhkan lebih banyak dukungan.
Pada masa lalu dan sampai saat ini, kendali keuangan olah raga berada sepenuhnya di tangan pemerintah, yang sekaligus juga memiliki kendali atas organisasi olah raga. Sifat kontrolnya, juga berupa kendali langsung maupun tidak langsung. Hal ini tak dapat dihindari sebagai sebuah realitas. Keadaan ini akan menjadi masalah saat terjadi perselisihan antara suatu organisasi olah raga dengan pemerintah, mengenai langkah terbaik yang akan diambil oleh organisasi olah raga tersebut.
Kadang kala, pemerintah dengan otoritasnya dan kekuasaannya mengambil keputusan kurang berpihak terhadap kemajuan dan pemerataan terhadap perkembangan olah raga. Misalnya, pada masa orde baru, dengan alasan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional (PON) selalu diselenggarakan di Jakarta. Kebijakan ini mengakibatkan pemerataan prestasi olah raga dan peran serta masyarakat untuk terlibat secara luas dalam kegiatan olah raga tidak merata, di seluruh wilayah tanah air. Walaupun sekarang kebijakan itu telah berubah, mungkin suatu saat nanti kebijakan politik dengan alasan tertentu akan membatasi kembali penyelenggaraan multieven itu jika olah raga tidak bisa mandiri dalam hal keuangan.
Contoh lain, projek yang gagal karena keuangan yang tidak mandiri adalah projek Garuda Emas (Gapai Rebut Uber Dapatkan Emas) yang dicanangkan tahun 1992. Projek ini menargetkan tahun 2002, prestasi olah raga Indonesia berada di "empat besar" Asia, sebelum direvisi pada tahun 1997 menjadi "enam besar" Asia tahun 2006, dan projek ini sampai sekarang keberadaannya tidak jelas.
Keputusan mengenai olah raga, seharusnya diputuskan oleh orang-orang yang berhubungan/bergerak di bidang olah raga, bukan oleh pemerintah atau organisasi lainnya. Hal ini bisa terjadi kalau organisasi olah raga itu dikelola secara profesional oleh orang-orang yang profesional di bidangnya, termasuk pengelolaan dibidang keuangan.
Selain itu, olah raga tidak dapat bergantung pada donasi cuma-cuma sebagai pendukung keuangannya. Hal ini hampir dipastikan tidak akan mencukupi dalam menopang biaya infrastuktur serta membiayai peningkatan kinerja organisasi dan prestasi olah raga. Oleh karena itu, organisasi olah raga harus mencari alternatif lain dalam pembiayaannya. Hal yang mungkin adalah melakukan kerja sama dengan dunia bisnis dan bidang komersial lainnya.
Istilah komersialisasi, secara populer digunakan dalam konotasi "jahat" merupakan sesuatu yang perlu dihindari dan berlawanan dengan semangat olah raga. Seperti juga hal-hal yang lainnya, sangat penting untuk memahami arti dari istilah komersialisasi. Seseorang tidak akan dapat memahami suatu isu/kondisi yang berkembang, jika ia tidak memahami konsep dasarnya.
Komersialisasi dalam konteks olah raga adalah suatu asosiasi antara penyelenggara olah raga, dengan perusahaan bisnis atau komersial lainnya, yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan pada kedua belah pihak.
Prinsipnya, yang pertama dan utama, komersialisasi ini merupakan suatu asosiasi, merupakan suatu tindakan yang sukarela dan disengaja oleh kedua belah pihak. Hal ini, merupakan suatu hubungan yang konsensual, sehingga tidak ada satu pihak pun yang merasa terpaksa. Aturan-aturan mengenai asosiasi ini, disepakati oleh kedua belah pihak dan haruslah memuaskan keduanya.
Yang kedua, hubungan ini tidaklah bersifat sosial, melainkan "komersial". Artinya, sang pemberi dana harus memperoleh manfaat yang seimbang dengan dana dan partisipasinya dalam kegiatan olah raga. Organisasi bisnis akan memberikan keuntungan, bagi pihak yang telah menginvestasikan modal atau saham dalam bisnis tersebut. Maka, para pengelola bisnis tidak dapat dengan bebas menggunakan keuangannya pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan kemajuan bisnis yang mereka kelola, dan selalu mengupayakan timbal balik dari setiap penggunaan sumber daya yang terpakai.
Olah raga memiliki banyak hal yang bernilai bisnis. Inilah penyebab banyak lahan bisnis yang bisa disiapkan untuk investor yang hendak menginvestasikan dana melalui olah raga. Mereka mau melakukannya karena percaya bahwa investasi tersebut akan menguntungkan.
Hubungan komersial yang penting, harus memberikan manfaat tersendiri bagi olah raga yaitu mendekatkan mereka dengan para pimpinan masyarakat dan pimpinan organisasi bisnis. Akhirnya, terbentuk jalinan kerja sama yang saling menguntungkan dengan dunia bisnis. Dalam rangka menjaga kepercayaan, organisasi olah raga harus mengembangkan rasa tanggung jawab finansial, perencanaan, pengalokasian dana, implementasi dari perencanaan finansial, dan disiplin diri.
Komersialisasi dalam olah raga di negara kita, masih merupakan hal yang langka. Hal ini, bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Mulai sekarang, organisasi olah raga harus merubah misi dan visi, tentang pembiayaan olah raga yang semula dari pemerintah beralih ke sektor non pemerintah atau swasta. Pendanaan olah raga harus melibatkan publik, sekaligus memberikan kesempatan untuk menciptakan kesadaran dan tanggung jawab publik akan nilai olah raga bagi kemajuan dan status bangsa dimata dunia internasional. Penulis memiliki keyakinan, dunia bisnis akan ikut serta dalam kegiatan olah raga karena hal ini akan menguntungkan bisnisnya dan sekaligus sebagai rasa tanggung jawab dalam memajukan prestasi olah raga demi kejayaan bangsa dan negara.

CATATAN SI IPANK © 2008. Free Blogspot Templates Sponsored by: Tutorial87 Commentcute
This template is Edited and brought to you by : allblogtools.com Blogger Templates